Acehvoice.net – Banda Aceh, Seorang perempuan berusia 19 tahun telah melaporkan kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh seorang perawat di sebuah klinik di Kota Tangerang. Kasus ini dilaporkan ke pihak kepolisian pada tanggal 25 Agustus 2024, dan kini tengah dalam penyidikan.
Menurut Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Zain Dwi Nugroho, laporan tersebut mencuat ketika korban mengaku mengalami pelecehan saat menjalani pemeriksaan kesehatan di klinik tersebut. Korban datang ke klinik dengan keluhan menstruasi tidak lancar, dan selama proses pemeriksaan, korban mengalami tindakan yang diduga merupakan pelecehan seksual.
Fakta-Fakta Kasus
1. Pelaku Bukan Dokter Setelah dilakukan penyidikan, terungkap bahwa pelaku, yang berinisial H, bukanlah seorang dokter melainkan seorang perawat. Kasat Reskrim Polres Metro Tangerang Kota, Kompol David Kanitero, menjelaskan bahwa H hanya memiliki izin sebagai perawat atau tenaga kesehatan, bukan sebagai dokter. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang validitas praktik kesehatan yang dilakukan di klinik tersebut.
2. Izin Klinik Mati Fakta lain yang terungkap adalah bahwa klinik tempat kejadian beroperasi dengan izin yang sudah mati sejak 2022. Kompol David Kanitero menambahkan bahwa akibat izin yang tidak berlaku, H tidak seharusnya melakukan praktik kesehatan di klinik tersebut. “Dikarenakan izin yang mati, maka yang bersangkutan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan praktik kesehatan di klinik tersebut,” ujarnya.
3. Penangkapan dan Penetapan Tersangka Pelaku H telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka setelah memenuhi panggilan untuk pemeriksaan. “Terlapor berinisial H hadir memenuhi panggilan untuk dilakukan pemeriksaan dan sudah ditetapkan sebagai tersangka,” kata David.
4. Pelanggaran SOP Dalam pemeriksaan, polisi menemukan bahwa H melanggar standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku untuk tenaga kesehatan. “Tersangka melakukan pemeriksaan yang tidak sesuai SOP tenaga kesehatan terhadap kaum rentan, yang mana seharusnya prosedur tersebut dilakukan oleh tenaga medis (dokter),” jelas David. SOP yang benar mensyaratkan bahwa pemeriksaan terhadap lawan jenis harus dilakukan dengan pendampingan tenaga kesehatan sesuai dengan jenis kelamin pasien.
5. Ancaman Hukuman Berdasarkan undang-undang yang berlaku, H terancam hukuman penjara hingga 12 tahun. Pasal 6 huruf C dari undang-undang yang relevan menyebutkan bahwa setiap orang yang menyalahgunakan kedudukan atau wewenang untuk melakukan atau memaksa persetubuhan atau perbuatan cabul, dapat dijatuhi pidana penjara maksimal 12 tahun dan atau denda hingga Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
6. Pemasangan Garis Polisi Setelah penahanan tersangka, polisi telah memasang garis polisi di lokasi klinik untuk memastikan tempat kejadian tetap aman dan tidak terganggu. “Pemasangan police line dilakukan untuk memudahkan Satreskrim Polres Metro Tangerang Kota dalam melakukan penyidikan lanjutan dan memastikan lokasi tetap aman dan tidak terganggu oleh pihak luar,” tambah David.