Acehvoice.net – Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dalam kunjungannya ke Moskow pada 1 April 2025, menegaskan hubungan China dan Rusia sebagai “teman selamanya” dan menyatakan bahwa kedua negara tidak akan pernah menjadi musuh.
Pernyataan ini diungkapkan dalam wawancara dengan kantor berita negara Rusia, RIA, sebagai bagian dari kunjungan resmi tiga hari Wang untuk membahas kerja sama strategis kedua negara.
Wang menyebutkan bahwa prinsip “teman selamanya, tak pernah jadi musuh” merupakan landasan hukum yang kuat bagi kemajuan hubungan bilateral. Tiongkok dan Rusia telah membangun kemitraan strategis yang erat, yang telah terbukti selama bertahun-tahun melalui lebih dari 40 pertemuan antara Presiden China, Xi Jinping, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Kedua pemimpin ini telah sepakat untuk memperdalam kerja sama dalam berbagai isu global seperti Taiwan, Ukraina, dan tantangan bersama terhadap Amerika Serikat.
Pada 2022, tepat sebelum Rusia menginvasi Ukraina, China dan Rusia mendeklarasikan kemitraan strategis “tanpa batas,” yang menandai kedekatan hubungan kedua negara.
Wang Yi juga mengapresiasi upaya Rusia dan Amerika Serikat untuk memperbaiki hubungan mereka, yang menurutnya dapat menstabilkan keseimbangan kekuatan global. Ia juga menyatakan bahwa hal ini dapat memberikan optimisme di tengah situasi internasional yang penuh ketidakpastian.
Kunjungan Wang Yi di Moskow ini juga bertepatan dengan upaya kedua negara untuk merespons ketegangan internasional, terutama terkait dengan konflik Ukraina.
Dalam perjalanan ini, Wang Yi akan melakukan pembicaraan lebih lanjut dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, serta Kremlin untuk mengembangkan lebih lanjut kerja sama strategis di berbagai bidang.
Sementara itu, hubungan China dengan Rusia semakin penting dalam konteks geopolitik global, di tengah ketegangan antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China, dan Rusia.
Kedekatan ini dipandang sebagai faktor penyeimbang dalam hubungan internasional, dengan kedua negara saling mendukung di berbagai isu internasional, termasuk sanksi ekonomi dan tekanan dari Barat.
Bagi banyak pengamat, pernyataan Wang Yi tersebut menunjukkan bahwa China dan Rusia tidak hanya memiliki hubungan ekonomi yang kuat, tetapi juga semakin terikat dalam kerangka politik dan strategis yang lebih luas, terutama dalam menghadapi tantangan dari Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya.