Oleh:Tamam Husain, Mahasiswa Politik Fisip USK
Acehvoice.net, Banda Aceh – Ekonomi Banda Aceh memiliki potensi besar tetapi menghadapi tantangan yang khas. Sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, dan pendidikan di Provinsi Aceh, kota ini menjadi motor penggerak perekonomian regional. Pariwisata, khususnya wisata budaya dan religi, seperti Masjid Raya Baiturrahman, menjadi sektor unggulan yang menarik wisatawan lokal maupun internasional.
Namun, Banda Aceh masih bergantung pada sektor perdagangan dan jasa. Ketergantungan ini membuat ekonomi rentan terhadap perubahan pasar.seperti di teori Keynesian John Maynard Keynes menekankan peran pemerintah dalam mengelola pasar untuk mencapai potensi perekonomian yang maksimal Pemerintah memberikan stimulus ekonomi untuk meningkatkan daya beli masyarakat saat terjadi krisis ekonomi. Dana otonomi khusus juga memberikan peluang besar untuk mempercepat pembangunan infrastruktur, meningkatkan layanan publik, dan mengembangkan sektor strategis, asalkan dikelola secara efektif dan transparan.
Studi kasus
Pasar Al-Mahirah Lamdingin, yang merupakan pasar tradisional terbesar di Banda Aceh, menggambarkan tantangan dan peluang dalam pengelolaan ekonomi lokal. Dibangun untuk meningkatkan perekonomian pedagang kecil, pasar ini mengalami berbagai kendala, seperti kurangnya promosi, fasilitas yang belum optimal, dan persaingan dari pasar modern. Namun, pemerintah Banda Aceh telah mengambil langkah untuk memperbaiki infrastruktur pasar dan memfasilitasi pelatihan bagi para pedagang guna meningkatkan daya saing.
Dengan memperkuat UMKM, mendiversifikasi sektor ekonomi, dan mengelola dana otonomi khusus secara efektif, Banda Aceh memiliki peluang besar untuk menjadi kota dengan perekonomian yang inklusif, kompetitif, dan berkelanjutan. Studi kasus Pasar Al-Mahirah menunjukkan pentingnya sinergi antara pemerintah dan masyarakat untuk memaksimalkan potensi ekonomi lokal.