Acehvoice.net – Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh baru-baru ini mengadakan diskusi strategis dengan Staf Khusus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Rian Syafriansyah.
Acara yang berlangsung pada 3 April 2025 ini bertujuan untuk menggali dan mengeksplorasi potensi ekonomi kreatif sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi di Aceh. Diskusi ini juga membahas berbagai peluang kerja sama yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan sektor ekonomi kreatif di wilayah tersebut.
Peran UIN Ar-Raniry dalam Ekonomi Kreatif Aceh
Rektor UIN Ar-Raniry, Profesor Mujiburrahman, menyatakan pentingnya sektor ekonomi kreatif dalam mendorong pertumbuhan Aceh, yang dikenal memiliki potensi sumber daya alam dan budaya yang luar biasa.
UIN Ar-Raniry sebagai salah satu institusi pendidikan terkemuka di Aceh berkomitmen untuk mengembangkan berbagai program yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif, terutama dalam bidang industri halal, gastrodiplomasi, dan kewirausahaan.
Menurut Profesor Mujiburrahman, universitas ini telah melakukan berbagai upaya untuk mempersiapkan mahasiswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk terlibat dalam sektor ekonomi kreatif.
Beberapa inisiatif yang telah dilakukan termasuk pengembangan laboratorium sertifikasi halal dan inkubator kewirausahaan yang bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa dalam menciptakan usaha kreatif berbasis lokal.
Pengembangan Industri Halal di Aceh
Salah satu topik penting yang dibahas dalam pertemuan ini adalah pengembangan industri halal. Aceh, sebagai provinsi dengan mayoritas penduduk Muslim, memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri halal, baik dalam bentuk produk maupun layanan.
Rian Syafriansyah, dalam kesempatan ini, menyoroti pentingnya sertifikasi halal bagi produk-produk lokal Aceh yang dapat meningkatkan daya saing di pasar global, terutama di negara-negara Asia Tenggara.
Melalui kerja sama dengan Badan Penyelenggara Produk Halal, Rian berharap bisa mendorong brand lokal Aceh untuk mendapatkan sertifikasi halal yang dapat membuka peluang ekspansi pasar internasional. Menurutnya, sektor ini memiliki prospek yang sangat baik, baik dari sisi pasar domestik maupun ekspor, dan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah.
Gastrodiplomasi dan Pengembangan Kopi Aceh
Gastrodiplomasi, yang memanfaatkan kuliner sebagai alat diplomasi untuk memperkenalkan budaya dan produk lokal ke dunia internasional, juga menjadi salah satu fokus dalam diskusi ini. Produk unggulan seperti kopi Aceh, yang terkenal dengan kualitasnya, berpotensi besar untuk dipromosikan lebih luas.
Pemerintah melalui Kemenparekraf berkomitmen untuk memperkenalkan kopi Aceh ke pasar global, terutama di Asia Tenggara, yang merupakan salah satu pasar terdekat yang memiliki potensi besar.
Mujiburrahman menegaskan bahwa UIN Ar-Raniry siap mendukung inisiatif ini dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk mendalami aspek teknis dan penelitian terkait produk halal dan gastrodiplomasi. Dengan sinergi antara pemerintah, universitas, dan masyarakat, dia yakin bahwa Aceh bisa menjadi pusat pengembangan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.
Pentingnya Pembentukan Lembaga Struktural di Aceh
Dalam kesempatan yang sama, Profesor Mujiburrahman juga mendorong pemerintah pusat untuk segera membentuk lembaga struktural vertikal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Aceh.
Pembentukan lembaga ini dianggap penting untuk memastikan bahwa program-program pengembangan ekonomi kreatif yang ada di tingkat nasional dapat dijalankan secara efektif dan sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik lokal Aceh.
Dengan adanya lembaga ini, diharapkan bisa tercipta koordinasi yang lebih baik antara pemerintah pusat dan daerah dalam mewujudkan program-program ekonomi kreatif yang dapat langsung berdampak pada pertumbuhan ekonomi lokal.
Potensi Besar Aceh dalam Ekonomi Kreatif
Rian Syafriansyah juga menyampaikan pandangannya mengenai potensi besar yang dimiliki Aceh dalam sektor ekonomi kreatif. Menurutnya, Aceh termasuk dalam 15 wilayah prioritas nasional untuk pengembangan ekonomi kreatif.
Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah pusat serius dalam memajukan ekonomi kreatif di Aceh sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan mesin pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia.
Potensi besar Aceh dalam ekonomi kreatif tidak hanya terbatas pada sektor halal dan gastrodiplomasi, tetapi juga mencakup sektor lainnya seperti seni, desain, media digital, dan pariwisata.
Dengan memanfaatkan kekayaan budaya dan sumber daya alam yang ada, Aceh berpeluang menjadi pusat ekonomi kreatif yang mampu berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.