Acehvoice.net – Peter Frans Gontha, lahir di Semarang, Jawa Tengah pada 4 Mei 1948, adalah seorang pengusaha sukses asal Indonesia. Ia adalah putra dari Willem Gontha dan Alice. Peter memulai kariernya dari bawah dengan berbagai pekerjaan seperti awak kapal pesiar Holland-American Line, sopir taksi, pelayan restoran, kelasi, hingga pembersih karat kapal. Melalui beasiswa yang didapat dari Shell, ia belajar akunting di Praehap Institute Belanda. Karier profesionalnya kemudian berkembang pesat di Citibank New York dan akhirnya menjadi Wakil Presiden American Express Bank untuk Asia.
Peter F. Gontha dikenal luas setelah tampil sebagai ‘bos’ dalam acara reality show The Apprentice Indonesia, yang membuatnya mendapat julukan “Donald Trump Indonesia” sebagai referensi kepada multijutawan Donald Trump, pencipta versi asli acara tersebut. Julukan ini menambah deretan julukan yang telah diterimanya, termasuk “Rupert Murdoch Muda Indonesia” pada pertengahan 1990-an, berkat keterlibatannya yang signifikan di industri media di Indonesia.
Selain karier bisnisnya, Peter juga berpengaruh dalam dunia hiburan Indonesia, terutama dalam musik jazz. Ia dikenal sebagai penggagas Jakarta International Java Jazz Festival (Java Jazz), sebuah festival musik jazz terbesar di Indonesia. Ketertarikan Peter terhadap jazz sudah dimulai sejak usia delapan tahun, terinspirasi oleh ayahnya, Wim Gontha, pendiri dan pemimpin big band di perusahaan minyak Shell di Surabaya.
Saat ini, Peter F. Gontha menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Polandia, dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 15 Oktober 2014, bersamaan dengan 21 duta besar lainnya.
Peter Gontha, mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Polandia periode 2014-2019, telah menyampaikan kritik terhadap keputusan PSSI yang berusaha menarik banyak pemain keturunan untuk bergabung dengan Timnas Indonesia. Ia mengungkapkan rasa malu karena saat ini mayoritas pemain Timnas Indonesia adalah mereka yang berdarah campuran.
Dalam unggahannya di Instagram @petergontha, Peter Gontha menyatakan, “Saya sangat galau dan akan memposting status yang mungkin membuat followers saya marah. Namun, saya siap mengambil risiko ini karena saya ingin menjaga martabat bangsa saya.”
Setelah menulis kalimat di atas, ia melemparkan sejumlah pertanyaan yang kemudian ia jawab sendiri. Salah satu pertanyaan yang diajukan apakah dirinya malu Timnas Indonesia diperkuat sembilan pemain naturalisasi?
Pertanyaan itu merujuk kepada sembilan pemain keturunan yang menjadi starter di laga Timnas Indonesia vs Australia, Selasa 10 September 2024 malam WIB. Tercatat hanya Marselino Ferdinan dan Rizky Ridho non-pemain keturunan yang mentas sejak awal laga.
Berikut kutipan pertanyaan dan jawaban dari Peter Gontha:
1. Apakah Anda cinta PSSI? (saya cinta)
2. Apakah Anda cinta bangsa? (saya cinta)
3. Apakah Anda tidak malu lihat PSSI 9 pemainnya adalah bangsa asing yang dinaturalisasi? (Saya malu).
4. Apakah kita bangsa besar? (saya rasa demikian)
5. Apakah Anda tau bahwa naturalisasi mereka hanya sementara, karena mereka mempunyai dua paspor, nanti kalau sudah selesai main di Indonesia mereka akan buang status WNI mereka? (saya tahu)
6. Apakah mereka mau membuang tunjangan sosial mereka di negara nya begitu saja? (saya rasa tidak).
7. Apakah menurut Anda tidak lebih baik membina pemain kita dari muda (SD s/d Dewasa)? ( saya rasa demikian)
8. Apakah tidak lebih baik kalah dengan terhormat dari pada Menang atau seri dengan cara yang merendahkan martabat bangsa? (saya malu).