Acehvoice.net – Karya desain milik Budi Dharma berjudul “Meriam Lada Sicupak” resmi ditetapkan menjadi maskot Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8. Keputusan itu ditetapkan tim dewan juri pada 7 Juni 2023 di Banda Aceh.
Sebelumnya, tim dewan juri yang terdiri dari Iskandar MSn, Drs Salaudin dan Jalaluddin Ismail telah mendengar langsung presentasi dari ketiga desainer terpilih pada Senin, 5 Juni di Sekretariat PKA-8, Kantor Disbudpar Aceh.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal menyebut sayembara maskot PKA-8 diikuti 71 peserta, dengan total kesuluruhan sebanyak 87 karya. Dari total tersebut, dewan juri menentukan tiga besar.
Ketiga finalis tersebut yaitu Ajiman dengan judul karya “Rempahkan Bumi Pulihkan Dunia”, Budi Dharma “Meriam Lada Sicupak” dan Zakky Zal Fikri “Syeh Cempala”.
“Berdasarkan penilaian dari tim dewan juri, hari ini diumumkan bahwa karya Budi Dharma dengan judul “Meriam Lada Sicupak” ditetapkan menjadi pemenang pertama dan akan menjadi maskot PKA ke-8.
Sedangkan untuk juara dua dimenangkan oleh Zakky Zal Fikri dan juara tiga yaitu Ajiman,” ujar Almuniza di Banda Aceh, Rabu, 7 Juni 2023.
Almuniza mengaku mengaku senang melihat antusiasme tinggi masyarakat mengikuti sayembara maskot PKA-8. Apalagi, karya-karya yang terkumpul dari peserta sangat beraneka ragam dan kreatif.
“Desainer-desainer Aceh sangat kreatif dan berpotensi berkembang sebagai pelaku ekonomi kreatif unggul Aceh ke depan. Selamat bagi para pemenang, yang belum menang jangan berkecil hati.
Tetap semangat dan teruslah berkarya,” pungkasnya_Makna di Balik Maskot “Meriam Lada Sicupak”_Kisah delegasi Kerajaan Aceh yang melaksanakan misi diplomasi dengan membawa hadiah berupa komoditas unggulan yaitu lada ke Kerajaan Turki di abad ke-16 menjadi inspirasi desainer maskot PKA-8.
Maskot yang memakai nama “Meriam Lada Sicupak” ini diharapkan menjadi pengingat kemashyuran kisah perwakilan Aceh yang dengan berbagai kendala namun tetap kokoh menyampaikan amanah yang diemban, sehingga berbuah manis dengan dihadiahkannya meriam ole Kerajaan Turki, yang kemudian sangat besar peranannya dalam melawan gangguan Portugis.
Meriam Lada Sicupak menyimbolkan kisah kegigihan, ketabahan, kesabaran, kemampuan beradaptasi, keberanian, kecakapan berdiplomasi, keikhlasan, dan kesetiaan pada tujuan dan berprasangka baik pada usaha yang baik, yang kesemuanya diharapkan dapat melekat pada kepribadian masyarakat Aceh sekarang dan seterusnya.
Meriam Lada Sicupak juga merupakan bukti otentik perjalanan komoditas unggulan rempah Aceh berupa lada serta rempah lainnya yang telah mengarungi dunia dan sangat mewakili semangat “Rempahkan Bumi Pulihkan Dunia” atau kata lain dengan komoditas unggulan lokal, menjadi modal perbaikan secara global.
Maskot ini memakai bentuk meriam dengan ornamen yang telah disederhanakan dan dibalut dengan kain berwarna kuning dan emas sebagai tanda kejayaan. Warna hitam sebagai ketegasan serta elegan, merah sebagai keberanian dan kepahlawanan, hijau sebagai warna islami dan kesejahteraan serta kemakmuran, dan putih sebagai tanda kemurnian.
Warna-warna ini telah sangat melekat di benak masyarakat Aceh dan sering kita dapati menjadi bagian dari warna khas pakaian adat Aceh, seperti Kupiah Meukutop dan Kain Lamgeugap seperti juga pada maskot PKA ke-7 (sebelumnya). []