Acehvoice.net, Adana, Turki – Pada Sabtu, 18 Januari 2025, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan kritik tajam terhadap sejarah pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan oleh Israel, terutama oleh Benjamin Netanyahu, kepala pemerintahan Israel. Erdogan mendesak masyarakat internasional untuk mencegah pelanggaran lebih lanjut, terutama setelah kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel terkait konflik yang telah berlangsung selama lebih dari 15 bulan di Gaza.
Erdogan mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap Israel dalam perundingan gencatan senjata yang menurutnya selalu dilanggar oleh negara tersebut. Dalam pidatonya di depan kongres provinsi partainya yang berlangsung di Adana, bagian selatan Turki, Erdogan menegaskan bahwa Israel, khususnya Netanyahu, memiliki rekam jejak yang buruk terkait pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata.
“Israel, khususnya Netanyahu, memiliki catatan pelanggaran gencatan senjata yang signifikan. Hal ini tidak boleh dibiarkan kali ini di Gaza,” kata Erdogan dengan tegas. Kritik ini muncul setelah pertempuran sengit yang berlangsung selama lebih dari 15 bulan di Gaza, yang telah menyebabkan puluhan ribu korban jiwa.
Perang di Gaza dan Kehilangan Nyawa
Erdogan juga mengutuk keras perang yang berlangsung selama 467 hari di Gaza, yang menurutnya telah mengakibatkan 47.000 nyawa melayang. Dalam pidatonya, Erdogan mengatakan bahwa meskipun telah terjadi genosida dan pembantaian selama lebih dari satu tahun tersebut, Israel gagal untuk mematahkan tekad perlawanan dari rakyat Gaza.
“Meskipun terjadi genosida dan pembantaian selama 467 hari, Israel gagal mematahkan tekad perlawanan saudara-saudari kita di Gaza,” ujar Erdogan. Perang tersebut telah menimbulkan penderitaan yang luar biasa bagi warga Gaza, dengan banyak korban yang jatuh baik di kalangan warga sipil maupun pejuang.
Sebagai negara yang konsisten mendukung Palestina, Turki memandang perang ini sebagai sebuah tragedi kemanusiaan yang harus segera dihentikan. Erdogan kembali menegaskan bahwa Turki berkomitmen untuk memperjuangkan keadilan bagi warga Palestina dan akan terus mendesak dunia internasional untuk bertindak.
Komitmen Turki dalam Meminta Pertanggungjawaban atas Kejahatan Perang
Erdogan juga menegaskan kembali komitmen Turki untuk memastikan para pelaku kejahatan perang di Palestina dimintai pertanggungjawaban. Dalam pidatonya, ia menyatakan bahwa upaya Turki untuk membawa pelaku kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan ke pengadilan akan terus ditingkatkan.
“Upaya kami untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan satu per satu akan terus ditingkatkan,” ujar Erdogan. Pernyataan ini menunjukkan tekad Turki untuk tidak membiarkan para pelaku kejahatan perang, yang telah menyebabkan penderitaan rakyat Palestina, lolos dari hukuman.
Turki selama ini aktif mengecam kekerasan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina dan telah mengambil berbagai langkah diplomatik untuk menuntut penghentian serangan-serangan tersebut. Erdogan juga menegaskan bahwa dunia internasional harus lebih tegas dalam menanggapi kejahatan perang yang terjadi di Gaza dan menuntut pertanggungjawaban atas tindakan yang melanggar hak asasi manusia.
Kesepakatan Gencatan Senjata Antara Hamas dan Israel
Pada Rabu, 15 Januari 2025, Qatar mengumumkan bahwa sebuah kesepakatan gencatan senjata tiga tahap telah dicapai antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. Kesepakatan ini bertujuan untuk mengakhiri lebih dari 15 bulan serangan mematikan oleh Israel di Jalur Gaza.
Gencatan senjata tersebut dijadwalkan untuk mulai berlaku pada hari Minggu, 17 Januari 2025, pukul 06.30 GMT (13.30 WIB). Meskipun kesepakatan ini membawa harapan untuk berakhirnya pertempuran sengit, namun Erdogan memperingatkan bahwa sejarah pelanggaran gencatan senjata oleh Israel harus menjadi perhatian utama bagi masyarakat internasional.
“Saya menyerukan kepada dunia internasional untuk tidak membiarkan pelanggaran lebih lanjut. Kita tidak boleh diam menyaksikan penderitaan ini terus berlanjut,” tegas Erdogan. Dalam hal ini, Erdogan juga mengungkapkan bahwa Turki akan terus memobilisasi segala upaya untuk membantu penyembuhan luka-luka yang ditinggalkan oleh perang di Gaza, terutama dalam masa-masa gencatan senjata.
Dampak Perang Gaza terhadap Rakyat Palestina
Perang yang berlangsung di Gaza telah menyebabkan kerusakan yang sangat parah, dengan ribuan rumah, fasilitas kesehatan, dan infrastruktur lainnya hancur. Selain itu, penderitaan rakyat Gaza semakin meningkat dengan terputusnya akses terhadap bantuan kemanusiaan dan kebutuhan dasar lainnya.
Dengan lebih dari 47.000 korban jiwa, perang ini telah mengubah hidup banyak keluarga di Gaza. Banyak anak-anak yang kehilangan orang tua mereka, sementara ribuan lainnya terluka parah. Infrastruktur medis dan rumah sakit di Gaza juga hampir tidak berfungsi akibat serangan yang terus berlangsung.
Erdogan, dalam pidatonya, menegaskan bahwa meskipun gencatan senjata diumumkan, perjuangan untuk menyelamatkan Gaza dan memastikan hak-hak rakyat Palestina tetap terjaga harus terus dilanjutkan. Turki berkomitmen untuk mendukung rakyat Palestina dalam memulihkan keadaan mereka pasca-perang dan mendorong agar gencatan senjata ini dapat berlangsung dengan aman.
Turki dan Peranannya dalam Diplomasi Internasional
Turki, di bawah kepemimpinan Presiden Erdogan, telah menjadi pemain utama dalam diplomasi internasional terkait Palestina. Turki secara aktif mendukung hak-hak rakyat Palestina di berbagai forum internasional, termasuk di PBB dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Sebagai negara yang memiliki pengaruh besar di dunia Muslim, Turki berusaha untuk meningkatkan kesadaran global tentang pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Palestina dan mendesak negara-negara besar untuk mengambil langkah lebih tegas terhadap Israel. Erdogan menegaskan bahwa gencatan senjata dan penghentian kekerasan di Gaza harus menjadi prioritas bagi dunia internasional.