Acehvoice.net – Pada tanggal 20 Maret 2025, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mengesahkan revisi Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam rapat paripurna yang dipimpin oleh Ketua DPR, Puan Maharani. Revisi ini mencakup tiga perubahan utama yang akan mempengaruhi struktur dan peran TNI di Indonesia.
1. Penambahan Tugas Pokok TNI
Perubahan pertama adalah penambahan tugas pokok TNI yang sebelumnya terbatas pada operasi militer untuk perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP). Dengan revisi ini, TNI diberikan tugas tambahan dalam mendukung tugas pemerintahan di daerah, termasuk membantu pemerintah daerah dalam penyelenggaraan otonomi khusus dan tugas lain yang diberikan oleh pemerintah sesuai dengan perkembangan situasi dan kebutuhan pertahanan negara.
2. Perluasan Jabatan Sipil untuk TNI Aktif
Perubahan kedua terkait dengan perluasan jabatan sipil yang dapat diisi oleh prajurit TNI aktif. Revisi UU TNI memungkinkan prajurit aktif menduduki jabatan di kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian, yang sebelumnya tidak diperkenankan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan sinergi antara TNI dan pemerintah dalam menjalankan program pembangunan nasional.
3. Penyesuaian Usia Pensiun Prajurit
Perubahan ketiga adalah penyesuaian usia pensiun prajurit TNI. Sebelumnya, usia pensiun untuk perwira tinggi adalah 58 tahun, sedangkan untuk perwira menengah dan bintara adalah 56 tahun. Dengan revisi ini, usia pensiun perwira tinggi ditingkatkan menjadi 60 tahun, dan perwira menengah serta bintara menjadi 58 tahun. Penyesuaian ini bertujuan untuk memberikan kesempatan lebih lama bagi prajurit dalam mengabdi serta memperpanjang masa produktivitas mereka dalam mendukung tugas-tugas TNI.
Kontroversi dan Tanggapan Masyarakat
Pengesahan revisi UU TNI ini tidak lepas dari kontroversi dan kritik dari berbagai kalangan. Koalisi Masyarakat Sipil, misalnya, menyatakan keberatannya terhadap beberapa pasal dalam RUU TNI yang dianggap berpotensi mengembalikan dwifungsi TNI dan menurunkan supremasi sipil. Mereka khawatir bahwa keterlibatan TNI dalam jabatan sipil dapat mempengaruhi hubungan sipil-militer yang sudah terbentuk.
Dengan disahkannya revisi UU TNI, diharapkan implementasi dari perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan secara bijaksana dan tetap menjaga keseimbangan antara peran TNI dan prinsip-prinsip demokrasi serta supremasi sipil. Masyarakat berharap bahwa TNI dapat terus berkontribusi positif dalam pembangunan nasional tanpa mengorbankan nilai-nilai demokrasi yang telah lama dijaga.
Pengesahan revisi UU TNI oleh DPR RI menandai perubahan signifikan dalam struktur dan peran TNI di Indonesia. Tiga poin krusial yang diubah—penambahan tugas pokok, perluasan jabatan sipil untuk TNI aktif, dan penyesuaian usia pensiun prajurit—akan mempengaruhi dinamika pertahanan negara dan hubungan antara militer dan sipil. Penting bagi semua pihak untuk mengawasi dan memastikan bahwa perubahan ini membawa manfaat bagi negara dan masyarakat secara keseluruhan.