Acehvoice.net, BANDA ACEH – Sebanyak seratusan imigran Rohingya yang baru saja tiba di Banda Aceh dari Aceh Selatan terkatung-katung di depan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Aceh pada Kamis, 7 November 2024. Hingga saat ini, belum ada kejelasan mengenai penanganan atau penempatan mereka.
Pantauan di lokasi, sekitar lima truk yang mengangkut imigran Rohingya masih terparkir di sepanjang jalan Teuku Nyak Arief, tepat di depan kantor tersebut, sejak pukul 09.50 WIB. Para imigran yang terdiri dari laki-laki, perempuan dewasa, dan anak-anak tersebut terlihat berada di dalam masing-masing bak truk. Di sisi lain, gerbang Kantor Kemenkumham Aceh tampak tertutup dan dijaga ketat oleh petugas satuan pengamanan (satpam).
Akibat cuaca yang mulai terik, beberapa pengungsi mulai turun dari truk dan mencari tempat berteduh. Sebagian dari mereka terlihat duduk di halte Kantor Gubernur Aceh, sementara yang lainnya berteduh di bawah pohon di sekitar lokasi. Hingga beberapa jam setelah kedatangan mereka, belum ada informasi jelas tentang langkah selanjutnya yang akan diambil oleh pihak berwenang terkait nasib para imigran ini.
Dari hasil Pantau Wartawan Acehvoice diperkirakan, imigran yang tiba di Banda Aceh tersebut terdiri dari sekitar 59 anak-anak, 79 perempuan, dan 13 laki-laki dewasa. Mereka sebelumnya dibawa dari Aceh Selatan setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Kondisi mereka yang terkatung-katung di jalanan dengan sedikitnya bantuan atau penanganan dari pihak terkait mencerminkan ketidakpastian mengenai status dan kebutuhan mendesak mereka.
Sebelumnya, dalam pemberitaan yang beredar, disebutkan bahwa imigran Rohingya ini tidak memiliki tempat yang pasti untuk ditampung, yang mengarah pada ketidakjelasan penanganan lebih lanjut. Keterlambatan dalam menangani masalah pengungsi ini dikhawatirkan dapat memperburuk kondisi kesehatan dan kesejahteraan mereka, yang telah berada dalam situasi rentan sejak lama.
Dengan adanya ketidakpastian mengenai penempatan mereka di Banda Aceh, banyak pihak berharap agar pemerintah segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi situasi ini. Baik pemerintah pusat maupun daerah perlu bekerja sama dalam merumuskan solusi yang tepat, serta menjaga kondisi para pengungsi agar tidak semakin memburuk. Diharapkan ada koordinasi antara Kemenkumham, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan organisasi kemanusiaan untuk menangani masalah ini dengan cepat dan humanis.
Sementara itu, bagi para pengungsi Rohingya yang terkatung-katung di depan Kantor Kemenkumham Aceh, perasaan kebingungan dan ketidakpastian semakin terasa. Kondisi ini menambah penderitaan mereka setelah melarikan diri dari situasi yang penuh kekerasan dan penindasan di Myanmar. Oleh karena itu, kejelasan mengenai langkah penanganan pengungsi ini menjadi sangat penting agar mereka tidak terus berada dalam kondisi yang tidak menentu.