Acehvoice.net – Jakarta, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa BMKG telah memasang ratusan seismograf di zona megathrust sebagai upaya deteksi dini bencana gempa dan tsunami. Langkah ini diambil untuk mencegah terulangnya bencana serupa dengan yang terjadi di Aceh pada tahun 2004.
“Insya Allah, kita siap, terutama sejak tahun 2008, ketika sistem deteksi dan peringatan dini tsunami mulai beroperasi. Kami telah memasang ratusan sensor seismograf di zona megathrust secara langsung. Pada tahun 2004, sistem deteksi hanya berjumlah sekitar 20 alat, dan kami belum tahu bagaimana tsunami akan terjadi,” ujar Dwikorita dalam keterangan pers pada Kamis (22/8/2024).
Dwikorita menambahkan bahwa jumlah alat deteksi dini yang terpasang saat ini sudah memadai untuk menghadapi potensi gempa dan tsunami di zona megathrust. Ia juga menyoroti pentingnya kesiapsiagaan masyarakat ketika alarm deteksi dini berbunyi.
“Di Banda Aceh, telah terpasang 533 seismograf yang khusus dipasang untuk menghadapi potensi megathrust dan tsunami. Selain di Sumatera, alat ini juga tersebar di Jawa, serta beberapa lokasi di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT),” tambahnya.
Menurut Dwikorita, kolaborasi antara berbagai pihak terkait sangat penting untuk memastikan kesiapan sosio-kultural masyarakat terhadap potensi megathrust. Ia mengingatkan bahwa meskipun sistem deteksi dan monitoring sudah memadai, kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah tetap menjadi kunci utama.
“Insya Allah, dari segi sistem deteksi dan monitoring, kami sudah siap. Namun, keberhasilan sistem ini juga bergantung pada kesiapan masyarakat dan pemerintah daerah. Koordinasi dengan pemerintah daerah, masyarakat, ilmuwan, pakar, perguruan tinggi, badan riset seperti BRIN, Badan Geologi, dan koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sangat diperlukan untuk memastikan respons yang efektif,” pungkasnya.